Monday 22 April 2013

Mitos seputar Menyusui


Menyusui dan berat badan ibu
-          Nanti menyusui anak atau tidak?
Nggak tahu, ya.
-          Kok, nggak tahu?
Inginnya sih, tapi aku kuatir dengan berat badanku.
-          Takut melar?
Iya

Percakapan di atas menggambarkan adanya mitos yang berkaitan dengan bentuk tubuh ibu. Menyusui dikhawatirkan membuat tubuh ibu sukar kembali ke bentuk aslinya yang langsing. Padahal, timbunan lemak selama kehamilan, yang dicemaskan akan sulit menghilang itu justru lebih mudah lenyap karena digunakan dalam proses menyusui. Timbunan lemak itu memang disiapkan agar ibu bisa menyusui. (Lagipula, menyusui tidak berlangsung lama. Paling dua tahun. Sesudah itu ibu bisa kembali pada pola hidup lama untuk dapat kembali pada ukuran tubuh yang didambakan). Justru kalau tidak menyusui timbunan lemak ini akan menetap.

ASI tak mencukupi
-          Mengapa diberi susu formula? Kan ASI-nya keluar?
Kayaknya nggak cukup tuh!
-          Dari mana tahunya?
Dia nangis terus, sebentar-sebentar minta minum

-          Tunggu, mungkin cara menyusuinya yang belum pas. Coba lihat, ayo sini, dibantu.
ASI diproduksi sesuai kebutuhan. Makin sering disusu, makin banyak ASI dihasilkan. Kalau bayi mengisap dengan benar, yang dimungkinkan oleh posisi menyusui yang benar, produksi ASI bisa dihasilkan sebanyak kebutuhan bayi. Jadi kalau bayi pandai mengisap, berapapun yang dibutuhkannya akan terpenuhi karena selama dia mengisap, ASI pun diproduksi. ASI memang mudah dicerna dan diserap sehingga bayi menjadi cepat lapar. Karena itu menyusui harus sering sesuai kemauan bayi.

Ukuran payudara
Tidak mungkin saya bisa menyusui.
-          Kenapa?
Payudara saya kecil.
-          Tapi lengkap kan?
Iya sih.

Ukuran payudara yang "kecil" sering dicemaskan sebagai penyebab kegagalan pemberian ASI. Padahal, besar kecilnya payudara tidak berkaitan dengan kemampuan memberikan ASI. Air susu ibu dibentuk oleh jaringan kelenjar alveoli (pembentuk ASI). Payudara besar mengandung lebih banyak jaringan lemak. jadi yang penting, semua perangkat menyusui termasuk normal. Besar atau kecilnya payudara tidak menjadi ukuran keberhasilan menyusui.

Susu pertama
-          Kok belum menyusui?
Air susunya masih kuning, belum jernih. Ini kan air susu yang pertama. Tidak baik untuk bayi.
-          Wah, susu pertama yang namanya kolostrum atau susu jolong itu justru melindungi bayi dari kemungkinan tertular penyakit. Kalau dibuang, nanti dia tidak terlindung.

ASI yang keluar pada hari pertama sampai hari ke lima atau ke tujuh memang jernih dan merupakan cairan yang berwarna kekuningan. Cairan ini mengandung zat putih telur atau protein yang kadarnya tinggi dan zat anti infeksi atau kekebalan. Kolostrum sangat sesuai dengan kondisi bayi di hari-hari pertama sejak kelahirannya karena ia belum pantas menerima beban yang akan memberatkan kerja ginjal. Kolostrum mengandung laktosa dan lemak dalam kadar rendah sehingga mudah dicerna.

ASI dan payudara ibu
Bagaimana ya, menyusui atau tidak?
-          Kenapa?
Kuatir nih, nanti payudaraku jadi nggak bagus lagi
-          Wah, kalau tidak mau menyusui... ya... nggak usah hamil saja. Kok gitu?

lbu dan suaminya perlu tahu bahwa yang mengubah "penampilan" payudara bukanlah menyusui tetapi kehamilan. Ketika hamil, tubuh ibu mengeluarkan hormon yang nantinya akan membentuk air susu. Selama kehamilan, payudara pun menjadi lebih besar dari ukuran biasanya karena sedang disiapkan untuk menyusui. "bagus" atau tidaknya payudara lebih berkaitan dengan faktor keturunan dan usia. Menyusui atau tidak menyusui akan terjadi perubahan pada payudara, antara lain sejalan dengan pertambahan usia. Cobalah lihat di sekitar, adakah yang payudaranya terus bagus karena tidak pernah menyusui? Lagipula, apakah cinta suami akan berhenti di bentuk payudara yang berubah sesudah punya anak?

Menyusui itu repot
-          Jadi, masih ragu, mau menyusui atau tidak?
Takut repot sih!
-          Repot kenapa? Bukankah malah lebih praktis?
Praktis apanya? Aku akan terikat terus pada bayiku. Makan nggak bisa sembarangan. Takut bisa mencret.

Bandingkan, lebih repot mana, menyusui atau tidak menyusui? Kalau menyusui, ibu bisa memberikannya kapan saja dan di mana saja. Tidak perlu membersihkan botol dan perangkatnya, tidak perlu menakar, tidak perlu repot menjinjing semua perlengkapan, dan tidak memerlukan waktu lama untuk menyiapkan. ASI justru sangat praktis. Kapan saja anak membutuhkan, ibu tinggal membuka payudara dan menyodorkan puting ke mulutnya. Suhunya pasti pas. Takarannya juga pas. lbu juga tidak perlu menjinjing apa-apa untuk membawa berbagai perlengkapan untuk membuat susu formula. Kalau ibu merasa kurang nyaman menyusui di tempat umum, buat model baju yang memungkinkan ibu bisa menyusui tanpa harus mempertontonkan payudara.

sumber : http://dinkes.kulonprogokab.go.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=22

No comments:

Post a Comment